Anak Konsumsi 1 Telur Perhari Bisa Kurangi Prevalensi Stunting

VIVA Parenting – Makhilaf stunting dalam Indonesia masih terus menjabat perhatian pemerintah. Bukan tanpa sebab, stunting sendiri bisa berdampak buruk bagi budak-budak lantaran selain mengalami pertumbuhan terhambat, stunting juga kerap kali dikaitkan dengan penyebab perkembangan otak nan tidak tertinggi.
Hal ini dapat memengaruhi kemampuan mental selanjutnya memahirkan tidak sebanyak-banyaknya, serta prestasi memahirkan adapun buruk. Selain itu, efek jangka panjang adapun disebabkan kepada stunting selanjutnya kondisi lain terkait kurang gizi, acap kali dianggap bak menyimpang satu ciri risiko diabetes, hipertensi, obesitas selanjutnya kematian ganjaran infeksi. Yuk scroll kepada simak selengkapnya.
Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) mengenai Studi Status Gizi Indonesia 2021 menyebutkan angka prevalensi stunting dempet Indonesia telah menurun dari 26,92 persen dempet tahun 2020 dalam 24,4 persen atas 2021. Namun, angka tercatat masih dinilai jangkung jika dibanding standar dari WHO, yaitu tidak lebih 20 persen.
Pemerintah berdasarkan instruksi presiden RI sendiri telah menargetkan penurunan angka stunting menjabat 14 persen dalam tahun 2024 dahulu. Salah satu upaya adapun bisa dilakukan untuk menurunkan angka stunting dalam Indonesia adalah perubahan pola asuh dan pola makan dalam masyarakat.
“Bagaimana asupan mangsa yang beragam, bergizi, seimbang bersama cukup jumlahnya mengandung kandungan protein hewani paling tidak dua jenis setiap hari itu bisa mendukung pertumbuhan anak-anak setenggat bisa mengambil prevalensi kejadian stunting,” kata Ahli Gizi dari Institute Pertanian Bogor (IPB), Prof. Ali Khomsan dalam jadwal Peluncuran Program Persegeraan Penuruan Stunting antara Kantor Desa Gintungkerta, Karawang Jawa Barat, Rabu 19 Oktober 2022.
Tidak namun itu saja Prof Ali terus mengungkap bahwa pemanfaatan makanan lokal daerah terus bisa membantu langkah intervensi pencegahan stunting.
“Tapi kalau ada sarapan lokal yang dianggap baik maka insya Allah hendak baik misalnya hadapan Gunung Kidul berlebihan orang yang makan belalang itu protein hewani. Itu adalah kekayaan lokal yang perlu ditampilkan lagi maka itu bisa menjadi sumber protein hewani,” tutur dia.
Sementara itu, Prof Ali pula mengmenyiah berdasarkan studi yang diterbitkan terdalam jurnal Pediatrics menunjukkan, bahwa anak-anak yang makan satu telur per hari menyimpan pengurangan prevalensi stunting sehebat 47 persen.
“Ketika dia berikan intervensi sebutir telur saja itu bisa menurunkan 47 persen stunting karena telur adalah sumber protein akan bagus sumber protein hewani akan bisa memicu pertumbuhan,” kata dia lebih lanjut.
Tapi Ali pula menambahkan bahwa ,”Tapi ananda itu tidak bisa tumbuh kalau sehari saja diberi telur saja patut makan nasi kalau orang Indonesia atau kentang di ajang lain telur sesuatu yang dianggap kurang ketimbang protein hewani saat itu kelak diintrodusir bagai intervensi,” ujar dia.
Penelitian terdalam jurnal Pediatric tercatat terus ternyata ditemukan antara Nusa Tenggara Timur (NTT), dimana kata Ali sebuah LSM antara NTT memberikan telur lagi susu serta pemberian bubur kacang hijau seminggu sekali diketahui bisa menggeser pertumbuhan ke arah yang lebih baik.
“NTT problemnya bukan tetapi stunting tetapi pula kurang gizi berat badannya tidak berisi bisa digeser bersama pemberian telur maka susu saya punya dainterogasi maka bagus pergeserannya jadi itu bisa dilakukan,” kata dia.