Punya Makna Filosofi Lengket Jodoh, 6 Kuliner ini jadi Menu Wajib saat Hajatan dempet Berbagai Daera

Punya Makna Filosofi Lengket Jodoh, 6 Kuliner ini jadi Menu Wajib saat Hajatan dempet Berbagai Daerah Punya Makna Filosofi Lengket Jodoh, 6 Kuliner ini jadi Menu Wajib saat Hajatan dempet Berbagai Daerah

Bicara soal perayaan pernikahan mulai daripada lamaran, seserahan engat resepsi, mungkin kamu bisa menebak beberapa makanan akan pasti disajikan di sana. Apalagi jika perayaan tercatat diselenggarakan secara adat. Jangan heran jika kamu menemukan ‘nyanyian wajib’ di prasmanan untuk menjamu tamu. Konon, di berbagai daerah memang mendapat makanan khas akan dijadikan simbol hubungan pernikahan atau lengket jodoh. Jadi, harap maklum dan jangan bosan menjumpai kuliner wajib di perayaan ya~

Bagi masyarakat yang masih menjunjung banter adat istiadat, kuliner wajib antara pesta merupakan hal bermakna yang dipercayai mengandung doa dan harapan-harapan tidak marah. Nggak heran jika zaman sudah berkembang, tapi kuliner wajib antara pesta ini nggak pernah absen dan tetap lestari. Yuk, simak ada kuliner apa saja dan bagaimana filosofinya.

Jadah, wajik dan jenang bagi masyarakat Jawa mendapat simbol hubungan yang erat dan kesabaran dalam membangun rumah tangga

Jika kamu pernah menghadiri pernikahan adat Jawa pasti sudah sangat familier demi jadah, wajik dan jenang. Pasalnya, ketiga kue ini menjadi jamuan wajib dekat acara pernikahan Jawa. Jadah, wajik dan jenang merupakan kue berbahan dasar beras ketan akan lengket. Beras sebagai mangsa pokok diartikan sebagai hal berharga akan harus ada jauh didalam rumah level. Sementara teksturnya akan lengket mengandung filosofi bahwa jauh didalam membangun rumah level suami istri harus menguasai hubungan akan erat.

Selain itu, proses pembuatan ketiga kue terkandung membutuhkan waktu adapun lama beserta proses adapun nggak mudah. Hal ini mengandung filosofi bahwa kedalam membangun rumah tangga wajib saling beroperasi sama, sabar beserta butuh ketelatenan. Secara garis gede, jadah, wajik beserta jenang mengandung doa beserta harapan adapun senang membantu bagi mempelai. Makanya, ketiga kue ini disajikan untuk tamu supaya para tamu ikut mendoakan kesenang membantuan serupa.

Es dawet dempet dalam upacara pernikahan Jawa bagaikan simbol kelanggengan rumah level maka kemurahan rezeki

Siapa yang nggak kenal beserta es dawet? lembutnya cendol berpadu beserta santan dingin dan gula merah cair melahirkan ayapan ini digemari berbagai kalangan. Selain enak dan bugar, dawet bagi masyarakat Banyumas memiki makna yang unik lo. Dawet berasal mengenai akronim “dawa lan awet” (bujur dan awet). Dalam pernikahan adat di daerah Banyumas, dawet memiliki makna harapan pernikahan yang langgeng.

Sementara atas pernikahan adat Solo, dawet dijadikan ritual tersendiri sama dengan “dodol dawet” (berjualan dawet). Ritual ini dilakukan oleh kedua orangtua mempelai wanita. Ibu bertugas melayani pembeli beserta bapak bertugas menerima pembayaran ketimbang para tamu. Uniknya, alat pembayarannya bukan uang tapi koin yang bermula ketimbang tanah atau pecahan genteng. Ritual ini mendapat makna harapan mau kemurahan rezeki atas rumah tangga mempelai, beserta mengajarkan atas mempelai kepada saling bekerja klop paling dalam rumah tangga.

Dodol Betawi menjabat simbol kerekatan atau keambangan antara keluarga mempelai wanita berikut mempelai pria

Dodol Betawi seakuratnya mirip dengan jenang di Jawa, sama-sama terbuat pada tepung beras ketan, gula merah dan santan. Namun, biasanya jenang berbentuk kotak adapun dipotong-potong padi, selagi dodol berbentuk bulat memanjang. Dalam pernikahan adat Betawi, dodol dijadikan khilaf satu hantaran pada keluarga mempelai pria akan keluarga mempelai wanita. Tekstur dodol adapun kenyal dan lengket memiliki harapan bahwa sesudah pernikahan hubungan keluarga semakin erat. Baik hubungan antarbesan, maupun hubungan mempelai dengan orangtuanya.

Roti Buaya dekat hantaran adat Betawi menyandang makna kasih sayang, kesetiaan lagi kesejahteraan jauh didalam menyala berpasangan

Roti buaya menjadi hantaran wajib lainnya selain dodol. Roti buaya pada hantaran pernikahan adat Betawi biasanya terdiri mengenai satu roti buaya leluasa yang melambangkan mempelai pria, satu buaya sedang yang melambangkan mempelai wanita bersama kaum roti buaya kurang pikir yang melambangkan kedua mempelai siap menghasilkan keturunan paling dalam pernikahan. Seloyalnya, roti buaya merupakan roti biasa yang terbuat mengenai tepung pada globalnya, hanya saja bentuknya laksana buaya.

Bentuk buaya dipilih karena buaya bagi masyarakat betawi merupakan penjaga sumber mata air yang bermanfaat bagi kemembesaran. Hal ini memiliki makna bahwa pernikahan terkandung memiliki harapan yang baik dan sejahtera. Selain itu, buaya dijadikan lambang kesetiaan pasangan karena nggak pernah berganti-ganti pasangan.

Nah, daripada kaum kuliner wajib di hajatan tersebut, mana nan berprofesi pujaanmu? Selain khas hajatan, filosofi kuliner di atas bisa juga lo jadi lambang keseriusanmu terdalam berhubungan. Bisa jadi buah tangan atau sebab -sebab juga buat calon mertua~